Lima Pertanyaan Hidup
Disclaimer: topik kali ini bukan topik serius seperti biasanya.
Belakangan, ada banyak pertanyaan yang mengusik pikiranku dan itu semua merusak gairahku dalam mengerjakan kegiatan (produktif) yang selama ini memang biasa kukerjakan. Pertanyaan pertama, aku tiba-tiba jadi memikirkan sejatinya hidupku akan ku dedikasikan untuk apa pada akhirnya? Kedua, apakah aku sudah cukup baik untuk bisa bersanding dengan banyak orang baik lainnya? Ketiga, apakah kebaikan yang kulakukan adalah murni tulus dari hati atau itu tendensi untuk membuktikan bahwa aku baik? Keempat, apakah pada akhirnya hidupku bisa mendatangkan kebermanfaatan untuk orang-orang di sekitarku? Kelima, aku mengamini fakta tidak ada yang kekal di dunia, meskipun demikian aku tidak bisa sepenuhnya mengikhlaskan kalau-kalau sesuatu yang kupunya pergi meninggalkanku pada akhirnya. Definisi ikhlas memangnya seperti apa? dan pertanyaan tidak penting lainnya yang terus berseliweran di kepalaku. Aku tidak punya jawabannya.. hingga detik ini. Aku cuma berharap suatu saat aku menemukan jawaban itu seiring dengan perjalanan-perjalanan hidupku.
![]() |
Aku juga jadi sering meragukan kapabilitas diriku sendiri. Aku jadi merasa, semua yang kulakukan tidak ada artinya. Hari-hari berjalan lambat dan rasanya seperti ada dementor-dementor sedang mengelilingiku alias HAMPA.
![]() |
Dementor di Harry Potter |
Entah kenapa, aku merasa performa hidupku menurun. Aku masih shalat 5 waktu dan berdoa seperti biasanya, tapi lagi-lagi pada saat setelah aku menyelesaikan ibadahku aku bertanya-tanya; shalatku ini apa artinya? Kenapa rasanya masih ada sesuatu yang kosong, ada part yang hilang entah tertinggal di mana. Ada yang terlewat dan aku baru menyadarinya.
Di tengah-tengah kekosonganku, aku bersyukur aku tidak pernah benar-benar ditinggalkan sendirian. Ada orang tua dan teman-temanku yang berbaik hati mengisi kekosongan itu. Meski aku tidak pernah benar-benar berbagi kesedihan, tapi at least aku punya orang yang bisa aku datangi kalau aku sudah mulai merasa tidak waras dan butuh untuk diajak bicara. Ada orang-orang yang bersedia berdiri di sampingku tanpa memperhitungkan apa-apa karena bahkan aku sendiri tidak tau kebermanfaatan apa yang bisa kuberikan untuk mereka.
Ada Azzahra, yang meski tubuhnya jauh sekali terpisah jarak 1500 km tetapi hatinya ikut berada di sini, di sampingku, seperti dulu. Meski tidak 24/7 kita bisa saling mengisi, toh alasan aku belum benar-benar merasa kesepian karena aku tau ada azzahra di hidupku. Anjay.
Ada Riris, Icha yang selalu siap kapanpun aku pingin main dan menghabiskan waktu. Walau seringnya cuma bermalam di kos Riris atau mentok-mentok cari makan di Royal karena uang yang hampir tidak ada.
Dan orang-orang baik lainnya, yang tidak bisa kusebutkan satu per satu karena akan jadi panjang dan membosankan.
Kembali lagi, aku sangat amat menyadari kalau apa-apa yang kupunya, suatu saat bisa pergi dan berganti. Pun termasuk orang-orang yang ada di sekitarku saat ini. Mungkin besok atau lusa, kita yang akrab pada akhirnya berpisah. Keyakinan itu, membuat aku terus mengupayakan space pada tiap hubungan, seakrab apapun aku dengan orang tersebut.
Tapi, aku menyadari kalau aku terus-terusan memikirkan aku akan ditinggalkan (atau meninggalkan), pada akhirnya pikiran itulah yang membatasi aku menjadi teman yang baik untuk mereka. Pada akhirnya, aku menjadi perhitungan dan sebagainya.
Jadi saat ini aku memutuskan untuk meninggalkan pikiran tersebut.
Mungkin 5 atau 10 tahun lagi, saat aku membaca ulang postingan blog ini, semua sudah berubah. Tapi paling tidak, ketika aku membaca postingan ini aku akan ingat aku pernah dipertemukan dengan banyak orang yang baik sekali.
Aku temani kalian dengan hati dan doa dari sini. Semoga, sama seperti aku; kalian juga akan selalu dipertemukan dengan orang baik lainnya. Terima kasih, ya. 21 tahun aku hidup rasanya aku hampir belum pernah bertemu dengan orang-orang sebaik kalian.
0 comments