Mendongeng! Jalan Ninja untuk Memenuhi Urgensi Belajar Berbahasa Sedari Kecil
Dalam tradisi kehidupan bermasyarakat saat ini, kita cenderung menemukan fakta bahwa individu yang memiliki kemampuan mengolah ilmu eksakta lebih dihargai daripada pribadi yang mahir mengubah kata menjadi karya sastra. Dengan munculnya trend seperti itu, perlahan-lahan anak lebih ditekan untuk menguasai matematika dan mengabaikan perkembangan keterampilan berbahasanya. Padahal bahasa menjadi pintu yang membawa manusia pada ilmu pengetahuan.
Keterampilan berbahasa sejatinya tidak dilatih pada masa sekolah saja, melainkan jauh sebelum anak memasuki usia sekolah ia sudah harus terbiasa belajar berbahasa yang baik dan benar. Dengan begitu, ketika anak mulai menginjakkan kakinya ke sekolah, anak sudah terbiasa mengolah kata menjadi satu kesatuan tata bahasa yang baik. Semakin tinggi kemampuan anak dalam berbahasa, semakin tinggi pula kemungkinan anak memahami ilmu pengetahuan yang diajarkan pada jenjang sekolah formal.
Selain itu, anak yang mampu menyampaikan gagasan maupun keinginannya dengan baik lebih diapresiasi daripada anak yang tidak bisa berbahasa dengan benar. Meskipun demikian, realitanya, sebagai orang tua dan guru kita justru membiarkan keterampilan berbahasa anak alakadarnya dan tidak pernah mengajari mereka bagaimana cara berbahasa yang baik. Ini yang kemudian menjadi problematika yang harus diatasi dan diperbaiki. Jika kita membiasakan anak untuk mendengar dan mengucapkan bahasa yang tidak baku, maka hal ini akan menciptakan kesulitan untuk anak kelak ketika ia harus membaca literatur berbasis ilmiah. Anak bisa jadi sulit memahami bacaan ilmiah, bosan saat membaca literatur ilmiah dan lain sebagainya. Bahkan pada kondisi tertentu, bukan tidak mungkin jika ada keterkaitan antara minat baca dengan kebiasaan berbahasa anak dalam kehidupan sehari-hari. Pada poin ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa bahasa menjadi penentu kemampuan belajar anak.
Itulah kenapa melatih anak berbahasa sejak dini menjadi salah satu hal yang penting untuk segera dilakukan. Utamanya saat anak berumur 1,5 hingga 3 tahun. Karena menurut Montessori, usia tersebut merupakan periode sensitif bagi perkembangan kemampuan berbahasa anak. Melatih perkembangan bahasa anak bisa dilakukan dengan banyak cara, salah satunya adalah mendongeng. Dongeng selama ini dikenal hanya sebatas bacaan ringan dan penuh khayalan indah, bagi sebagaian orang dongeng tak ubahnya cerita fiksi yang memiliki porsi bahagia berlebih alias tidak masuk akal. Tetapi dilain sisi, dongeng adalah media yang menjadi jembatan untuk menyampaikan nilai-nilai kehidupan yang baik pada anak. Bukan hanya itu, mendongeng juga mampu meningkatkan kemampuan berbahasa anak hingga ke level yang menakjubkan.
Dongeng dapat meningkatkan penguasaan kosakata bahasa anak dengan signifikan, karena dalam mendongeng terjadi proses penambahan kosakata baru, mengevaluasi serta memahami informasi baru. Menurut penelitian Pengaruh Mendengarkan Dongeng Terhadap Kemampuan Bahasa pada Anak Usia Prasekolah yang dilakukan oleh Nur Rahmatul Azkiya dan Iswinarti, mahasiswi Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, membuktikan bahwa mendengarkan dongeng ternyata memberi pengaruh yang sangat signifikan terhadap anak usia prasekolah.
Dengan mendongeng, seiring bertambahnya kosakata yang dikuasai oleh anak, maka kemampuan mereka dalam berbahasa yang baik dan benar juga turut meningkat. Aktivitas sederhana ini, meskipun terdengar sepele, justru kelak akan menyelamatkan anak dari kesulitan memahami bacaan-bacaan ilmiah dan berat. Kegiatan sederhana seperti mendongeng, selain menjadi cara yang efektif untuk menyampaikan nilai-nilai budi pekerti kepada anak, juga menjadikan anak mahir dalam menggunakan bahasa sebagai bentuk komunikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Dongeng sejatinya adalah jalan ninja untuk kita para orang tua dan pendidik untuk memenuhi kebutuhan perkembangan berbahasa anak sejak usia dini.
0 comments