­

dari Nussa dan Rara Kita Belajar...

by - Juni 01, 2022

Well, film adalah media yang seringkali dimanfaatkan oleh orang-orang untuk menyebarkan propaganda. Biasanya, semakin besar masa yang dimiliki suatu industri perfilm-an, semakin tinggi kemungkinan tujuan dari penyebaran propaganda tersebut berhasil terpenuhi. Akan tetapi, banyaknya masa yang dimiliki sebuah industri film tidak selalu membawa dampak positif. Contoh nyata yang sempat viral belakangan adalah kartun Nussa dan Rara. Kita tau sama tau bahwa beberapa golongan masyarakat sempat menolak keras kartun Nussa dan Rara beredar di pertelevisian di Indonesia. Alasannya tidak jauh-jauh dari bias agama. Taliban katanya. Berisikan islam yang terlalu radikal katanya. Padahal kartun Nussa dan Rara jelas sekali mengajarkan banyak hal kebaikan. 


 

Anyway, bukan masalah terkait pendapat nyeleneh itu yang mau aku bahas di sini. Tapi, aku mau menghiglight bahwa dari pendapat-pendapat yang sempat naik di media sosial tersebut kita jadi tau, jenis-jenis masyarakat Indonesia itu terbagi menjadi berapa macam. Jenis masyarakat yang harus dihindari adalah masyarakat yang mudah sekali menghakimi sesuatu melalui sudut pandang dia yang jelas subjektif dan sempit pemikirannya. Padahal dari kartun Nussa dan Rara, ada banyak yang bisa dipetik dan dipelajari. Bukan serta merta soal adab dan akhlak saja. Tapi, karena manusia-manusia ini terkurung dalam bubble-bubble hidup yang sempit, dia jadi tidak bisa melihat bahwa kartun tersebut memiliki banyak hal baik lainnya. Yang dia tangkap hanya kartun Nussa dan Rara mendoktrin banyak ajaran radikal. Selesai. 

Orang-orang yang seperti ini adalah jenis orang yang kalau salah, ketika ditunjukkan yang benar dia marah dan nyolot tidak terima. Capek-capekin diri dan menghabiskan energi banget kalau kita punya teman seperti ini, kan?

Kalau mau teliti, selain mengajarkan akidah dan akhlak, Nussa dan Rara juga mengajarkan caranya menerima perbedaan yang ada di sekitar kita kepada anak-anak. Tokoh Nussa adalah tokoh disabilitas yang memiliki kekurangan pada anggota gerak bagian bawah. Kakinya diganti oleh kaki buatan. Tetapi, tokoh Nussa ini menunjukkan bahwa meski dia memiliki keterbatasan, dia tetap baik-baik saja dan bisa berbaur dengan lingkungannya. Kartun Nussa dan Rara mengajarkan, meski ada orang yang berbeda dengan kita sebab dia punya keterbatasan fisik; its oke kok dan tidak perlu dibully apalagi sampai didzolimi. 

 


Hal-hal seperti itu, belum tentu kita bisa mengajarkannya kepada anak sejak dini. Sebab, belum tentu di lingkungan kita, ada orang difabel yang bisa dilihat secara langsung oleh anak. Seringkali yang terjadi adalah kita bisa mengajarkan arti toleransi secara teori kepada anak tetapi praktiknya 0. Karena, anak tidak melihat contoh langsung bagaimana teori "toleransi" pada orang-orang berkebutuhan khusus itu dalam kehidupan sehari-hari. Maka di sinilah kartun Nussa dan Rara berperan. Sebagai media untuk mengajarkan kepada anak untuk hidup damai dan saling menghargai dalam berteman, bagaimana berbuat baik sesuai norma dan agama di lingkungan. 

Sebegitu banyaknya hal positif yang bisa di ambil, kok bisa ya orang-orang melihat kartun ini dari sudut pandang yang buruk? Heran :)

You May Also Like

0 comments