Pentingnya Membangun Kesiapan Untuk Memiliki Anak. Jika Kamu Sepasang Calon Orang Tua: Pikirkan ini
Tadinya, aku tidak mengerti dengan jalan pikiran orang dewasa. Aku tidak mengerti mengapa mereka yang berperan sebagai orang tua kerap kali menyia-nyiakan kehadiran buah hati yang mereka tunggu-tunggu kedatangannya. Mereka melakukan tindak kekerasan terhadap anak mereka sendiri, mereka mengacuhkan kehadiran anak mereka sendiri, bahkan mereka tega membunuh anak mereka sendiri. Ku tekankan sekali lagi: anak mereka sendiri. Padahal, mereka yang menginginkan anak hadir dalam rumah tangga mereka. Mereka yang memohon kepada Tuhan, meminta agar diberi kepercayaan untuk mengasuh anak. Lantas ketika permintaan mereka dipenuhi, yang terjadi adalah mereka menyia-nyiakannya. Kenapa?
Biar kuceritakan sebuah berita yang membuat aku berpikir bahwa ternyata ada manusia yang tidak mampu memanfaatkan otak yang diberi Tuhan dengan baik. Alkisah suatu hari, ada Ibu yang tega menyiksa anaknya yang baru berusia 5 bulan. Katanya, sang anak rewel dan menangis terus sehingga ia memukulinya. Kemudian anak tersebut tewas. Bagian yang paling tidak waras, sang ibu melarang siapapun untuk melaporkan kejadian ini sebab dia ingin berpergian ke Jogja. Dia takut kepergiannya batal hanya karena harus mengurus anaknya yang telah meninggal. Sehingga jasad bayi 5 bulan ini dibiarkan membusuk begitu saja di kamarnya. Pertanyaan pertama yang muncul di kepalaku ketika membaca berita ini adalah: apakah sang ibu memiliki masalah kognitif yang menyebabkan kemampuan berpikirnya terganggu? Maksudku, halo? Anak itu baru berusia 5 bulan. Lantas apa yang si ibu harapkan? Sang bayi selalu tertidur dengan tenang?
Kamu tau, memiliki anak memang bukan perkara sepele. Membesarkan anak tidak sama dengan membesarkan kelinci. Anak adalah makhluk yang kompleks. Tidak pernah ada patokan pasti bagaimana cara membesarkan anak yang baik itu seperti apa, karena mereka terlalu kompleks; setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda. Hal ini barangkali tidak dipahami oleh semua orang tua. Mereka mungkin tidak memahami bahwa tidak semua anak memiliki sikap yang sama. Mungkin anak orang lain bisa selalu tenang dan penurut serta pendiam, sementara anak yang satunya super aktif dan memiliki banyak pertanyaan dalam kepalanya sehingga ia selalu ingin mencoba dan mencoba.
Jika kamu memutuskan untuk menjadi orang tua, sudahkah kamu paham dengan kenyataan ini? Kenyataan bahwa anak itu bertumbuh. Seiring dengan pertumbuhan fisik, ada pertumbuhan emosi yang juga harus kamu kawal dan kamu hadapi. Akan ada episode-episode menyebalkan saat anak sedang berusaha mengenali emosinya sendiri. Dan itu tidak pernah mudah.
Di samping pertumbuhan anak, ada masalah finansial yang harus kamu tanggung. Sejak hamil hingga anakmu lahir ke dunia. Sejak bayi hingga ia besar nanti. Ada biaya yang tidak sedikit yang harus kamu tanggung. Sudahkah kamu siap dengan bagian ini? Karena, masalah finansial adalah masalah krusial. Menurutku, keberlangsungan sebuah keluarga bergantung kepada penghasilan yang kalian miliki. Anak yang kamu rawat perlu uang untuk memenuhi gizi mereka, perlu uang untuk pendidikan, perlu uang untuk bermain, perlu uang untuk kesehatan mereka, dan kebutuhan-kebutuhan tersier lain yang sama-sama memerlukan uang.
Saat masa pertumbuhan, sebagai orang tua, kamu adalah madrasah pertama yang ia dapatkan. Sebagai orang tua, nantinya kalian akan menjadi contoh untuk ia tiru. Kalian akan mengajari banyak hal dasar yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak kalian selanjutnya. Sudahkah kalian memiliki bekal untuk ini?
Dan sebagai orang tua, tentu kalian tidak ingin meninggalkan anak kalian di saat ia belum siap sepenuhnya hidup mandiri di dunia yang kejam ini. Artinya, kalian harus memikirkan kesehatan kalian agar dapat hidup dalam waktu yang lama. Walaupun umur manusia sejatinya sudah ditentukan, tetapi berikhtiar untuk hidup sehat tidak ada salahnya kan? Maka pertanyaan selanjutnya, sudahkah kalian mempersiapkan kehidupan yang sehat tersebut? Lagipula, anak yang sehat berasal dari orang tua yang sehat pula.
Dengan segala kompleksitas manusia, apakah kamu yakin kamu siap memiliki, membesarkan, dan merawat anak? Jika kamu ragu-ragu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, lebih baik kamu mengurungkan niat untuk memiliki anak. Tidak ada aturan yang mewajibkan pasutri untuk memiliki anak. Kalian berhak memilih untuk tidak memiliki anak. Jangan memaksakan kehendak untuk memiliki anak jika kamu belum siap seutuhnya, Atau kamu akan berakhir menjadi pembunuh dari anak-anakmu sendiri; membunuh secara fisik dan menghancurkan masa depannya adalah hasil akhir yang akan kamu peroleh jika kamu masih saja keras kepala memaksa untuk memiliki anak, sementara kesiapan dari sisi finansial, mental dan pengetahuan tidak kamu miliki. Pikirkanlah; memiliki anak bukan tujuan utama dalam sebuah pernikahan. Jadi, tidak perlu merasa tergesa-gesa untuk segera menghasilkan keturunan.
0 comments